Dodi Dores
Apakah anda
pernah merasa, apa itu keluarga? Apa itu sekolah? Apa itu Ibu? Apa itu rasa
sakit? Dan apa..? apa..? banyak pertanyaan yang dimulai dengan kata ‘apa’, benar. Pertama aku akan
menjelaskan kenapa pertanyaan diatas muncul, kedua apa yang terjadi dibalik
pertanyaan itu, dan ketiga apa yang harus dilakukan setelah itu. Adduuuh.. tak
terasa kata-kata ku banyak yang menggunakan kata ‘apa´. Yasudahlah mari kita bahas yang pertama, dalam hidup ku tidak
pernah terlintas kata ‘keluarga’ mungkin pernah denger dari teman-teman saja,
artinya apa? (menggunakan kata ‘apa’ lagi -_-) aku tidak tahu. Yang aku tahu
aku hanya hidup, main, makan, dan sekolah. Bukankah aneh, aku tidak pernah
mengenal keluarga sendiri, karena aku dibesarkan oleh nenek ku dan nenek ku
sudah tidak berkeluarga. Jadi, apa yang aku tahu tentang itu jika nenek hidup sendiri.
Akan tetapi sekarang tidak beliau
telah terbebani oleh ku, karena sejak perceraian itu aku dititipkan oleh ayah
ku kepada nenek. Awalnya nenek adalah orang satu-satunya dalam diriku bukan dalam
keluarga ku karna aku tak mengenal kata itu. Seiring dengan jalannya waktu, aku
mulai sadar bahwa aku memiliki ayah, ibu, dan ibu tiri. Betapa sakitnya kenyataan ini, aku sering menonton
kisah-kisah ibu tiri betapa kejamnya mereka. Lambat laun aku mulai mengenal
keluarga hanya sedikit, aku mengerti apa itu kata ayah. Karna yang ku tahu
hanya ayah yang sering disebut-sebut oleh nenek ku sebagai orang yang telah
menciptakan ku ke dunia ini. Jika boleh memilih, aku tidak pernah mau tercipta.
Siapa yang menginginkan kebutaan ini, kalian akan tahu jika membaca kisah ini
sampai akhir, mengapa aku memilih itu. Ayah dalam benak ku sosok yang besar,
tegas, baik, dan penuh kasih sayang. Dugaan ku tidak meleset itulah adanya ayah
ku, harus aku akui beliaulah yang terbaik dalam keluarga ku. Sejauh ini aku
sudah bisa menjawab pertanyaan pertama, bahwa keluarga adalah Ayah. Oh… tidak
tidak! Aku tidak bisa menerimanya, kata teman-teman ku keluarga adalah orang
yang selalu ada didekat kita, menjaga, dan membesarkan kita. Karena aku tidak
dekat dengan ayah ku (baik secara tempat tinggal maupun secara kepribadian), ia
tidak selalu menjaga ku, dan apalagi membesarkan ku, lalu siapa keluarga ku? Oh...
tentu saja Nenek ku adalah keluarga ku. Lega rasanya bisa mengetahui siapa
keluarga ku, ah… aku sedikit ragu.
Nenek ku tidak menciptakan ku (melahirkan
atau membuatku). Pusing rasanya mendefinisikan siapa aku dan keluarga ku… oh
apakah aku diciptakan tanpa keluarga seperti layaknya anak-anak yang lain? Yang
setiap pagi, berangkat sekolah diantar, dibawakan bekal makanan, dan diberikan
perhatian yang sedemikian rupa. Semakin terpuruk batin ini ketika membayangkan
hal itu, aku? Siapa yang mau mengantarku, nenek ku sibuk berjualan untuk memberi
makan ku. Nenek ku memang perkasa sudah tua sekali tapi masih berjuang
membesarkan ku. Nenek ku yang perkasa atau.. yah..keluarga ku yang tak tahu
diri atau aku yang tak memiliki keluarga. Ingat perjuangan itu, bayangan akan
keterpurukan karna aku tak ada yang mengantar dan memerhatikan, hilang. Timbul rasa
semangat yang semakin menggebu, ingin rasanya cepat dewasa dan membahagiakan
keluarga oh tidak tidak.. membahagiakan nenek ku. Aku mulai panic, tapi
akhirnya menyetujui pikiran ku bahwa aku dari mulai dilahirkan sampai sekolah
SD kata keluarga tidak pernah terbentuk dalam diriku, lalu apa yang harus aku
lakukan, hidup tanpa keluarga ibarat keong tanpa cangkang, lunak, lembek, tak
berdaya, dan tidak memiliki perlindungan yang mententramkan. Yang harus aku
lakukan adalah menerimanya dan menjadikan nenek ku sebagai semi-keluarga kecil ku.
Depok, 15-03-13
0 komentar:
Posting Komentar