Rabu, 02 Januari 2013

Kosong II

2 komentar
Terasa berat meninggalkan ruangan, karna dia belum juga selesai, sepertinya ia tersenyum bahagia ketika aku bisa mengerjakan dengan baik ujian lisan ku. Oh betapa bahagianya aku sebagai pengagum rahasia dan diberi harapan. ‘Krreeebb..’ pintu tertutup, aku sempat melihat kearah wajahnya dan ia masih tersenyum menyejukan. Aku berjalan gontai bagaimana ini jadinya, semoga minggu depan aku bisa lebih bahagia lagi, pikirku. Dengan terpaksa aku tinggalkan karna aku harus membagi ilmu, mengajar di daerah condet, Jakarta timur. Sepanjang jalan aku terasa berjalan diatas awan, lancar dan terasa tidak ada siapa-siapa dikanan kiriku, yah, ketika sampai di tanjung barat, sudah mulai tersendat-sendat, macet bagi mobil yang lain tapi aku masih bisa nyelip sana sini. Jam 09.00 malam, aku terkulai lemas didalam kamar, lelah pulang ngajar dan dilanda macet yang dahsyat, maklum Jakarta ditambah lagi dengan guyuran hujan yang membuat aku seperti kucing tersiram air, basah kuyup. Tentu saja hidup ini sangat berat dan hidup ini memang seperti orang diperkosa, enak gak enak, suka gak suka, nyaman gak nyaman, mau gak mau, sakit gak sakit, tetap harus DINIKMATI. Mata terlelap sayu semakin sayu dan jrreeeng… tertidur pulas dan bermimpi aku bersamanya dalam kebahagiaan yang sunyi… detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam, bahkan sampai minggu aku lalui dengan kehampaan (lebay), tibalah waktunya dikelas yang sama, yang membuat hati bahagia. Ternyata setelah melalui seminggu yang hampa dia tidak masuk, ooh my god! Betapa hancurnya semangat ini. Yah, semakin hampa tiada terkira, ternyata aku baru sadar bahwa kehadirannya sangat berharga, kedatangannya dari rumah kekampus sangat bermakna, dan yasudahlah biarkan hampa ini mengalir apa adanya semakin hampa dan menyiksa. Berhari-hari aku jalani dengan langkah sedikit gontai walaupun baru kali ini aku merasa kekalahan dengan cinta yang terlalu murni, sebelumnya aku tidak pernah merasa seperti ini, aku selalu cuek dengan gadis-gadis yang aku suka, aku masih bisa menahannya dan bahkan pernah ada yang sampai hati menembak ku, tapi aku tetap menahannya. Tapi kali ini berbeda, aku bahkan tak sanggup untuk kehilangannya apalagi untuk sekedar menahannya walau hanya sedikit saja. Ini sudah tidak sehat, ini terlalu buta, dan apakah aku sudah mengidap penyakit yang namanya CINTA… ooh.. begitu cepatnya kau menancap, hingga membuat urat sarap, tak sempat untuk bersilat, sampai-sampai aku khilaf dan mencintaimu dalam gelap… yah, gelap dan kosong… hari yang ditunggu ternyata telah tiba yaitu hari dimana kita berada dalam satu ruangan yang sama lagi, tapi aku tergoda dengan adanya seminar yang akan berlangsung dijam yang sama dan memang ada beberapa tugas yang mulai ‘nyolot’ minta dikerjakan, akhirnya aku memutuskan untuk tidak masuk karena aku merasa ada beberapa jatah bolos ku yang belum aku ambil, fix.. aku tidak masuk kelas hari itu. Dan ternyata kehampaan dua minggu lalu belum terobati, ditambah lagi dengan minggu ini aku yang memilih bolos, sebenarnya bukan karena aku belum memanfaatkan jatah bolos, dalam hati yang lain aku berpikir, biar saja aku tidak masuk agar dia tahu betapa hampanya ketika ditinggal dalam kelas sendirian, walaupun ada yang lain tapi aku anggap kelas itu hanya ada kami berdua. Tepat jam 01.00 siang, waktunya seminar tapi seakan tubuh ku terpaku didalam ruangan tempat bekerja sampingan ku, aku malas untuk keluar ruangan. Akhirnya seminar tidak ikut, kelas tidak ikut, tugas pun masih melotot kearah ku. Aah… dari tadi aku hanya online membaca berita dan hiburan yang lain. Tibalah saatnya UAS dan dipenghujung semester ini, aku mulai meradang karna sebentar lagi aku akan kehilangan dirinya. Suatu hari, aku sedang berjalan dengan teman ku menuju gedung Sembilan dan adari kejauhan aku melihat dirinya berjalan dari arah yang berlawanan, waaah.. kesempatan ku untuk menyapa dirinya oh, baru kali ini aku melihat seluruh tubuhnya dari kaki hingga rambut, indah mungkin karna mata ku telah buta. Teman ku mengoceh disebelah ku tapi mata dan kuping ku tajam kearah depan sehingga aku tak mendengar apa yang diucapkan teman ku, hati ku mulai bulat untuk menyapa dirinya tapi ketika jarak kita sudah sekita dua meter aku seakan terbungkam kaku dan bisu, oh Tuhan apa yang terjadi aku ini bisu hingga berkata saja susah. Dia tersenyum kearah ku, tentu saja aku balas dengan senyuman termanis ku, semoga ketika dia pulang tidak kerumah sakit dulu untuk cek gula darah { J }. Hati ku sangat lega mendapat senyumnya, sepertinya malah aku yang terkena diabetes karna kadar gula ku mendadak tinggi telah mengkonsumsi senyuman manisnya. Ketika ia berlalu, suara teman ku terdengar sayup-sayup mengoceh entah apa yang ia utarakan dari tadi aku hanya mengangguk. Uas pun tiba, dengan perasaan berduka dan berbunga karna bisa bertemu dan berpisah sesaat lagi. Aku memilih tempat kedua terdepan, dirinya dibelakang kananku hanya selang satu bangku, ternyata ujian lisan duluan akhirnya kita keluar dan apa yang terjadi dia melihat kuterus, betapa semakin GR nya diri ini, yah, aku tidak boleh meledak disaat sedang genting uas seperti ini aku harus tetap tenang dan focus. Lisan selesai aku jalani, semua masuk ujian tulis, lagi-lagi matanya bertabrakan dengan mataku semakin mengeratkan kontak batin ku padanya. Seperti biasa aku selesai lebih dulu, tapi aku tidak langsung beranjak keluar aku terdiam dulu hingga mata ini tak kuasa menahan agar mataku tidak kearahnya terus, akhirnya aku tak kuat didalam, aku pun mengeumpulakan dan bergegas keluar kelas, ketika pintu ditutup aku menyeringai kearahnya. Aku memutuskan untuk menunggu di depan pintu sambil memainkan hand phone hingga mahasiswa terakhir keluar dan barulah dirinya muncul, ia tak bergegas pulang seakan memancing ku untuk segera mengutarakan apa yang kita kandung bersama dalam otak kita (berharap otak kita memiliki rasa dan kandungan yang sama -__- ) temannya pulang duluan dan aku pun masih melihat kearahnya terus ia pun menimpali, dan pada akhirnya ia duduk di kursi yang kelasnya telah kosong aku diluar kelas yang kulihat darinya hanya kakinya. Entah apa yang ia pikirkan aku tak mengerti, aku yang sedang memiliki tugas kepanitiaan, sudah ada janji jika selesai kelas akan langsung kesana, tapi disini aku masih betah karna ada dirinya ‘kriiing… krriiing..’, ‘satu pesan diterima’ kubuka dan isinya “dimana lo? Cepetan ke ruangan, banyak kerjaan”. ‘keluar dan klik ku kunci’ aku langsung bergegas turun tak enak dengan yang lain, sesama staf harus disiplin, aku meninggalkan dirinya, yang mungkin telah berharap kepadaku, aku pun begitu, tapi harapan hanya harapan tak bisa terealisasikan.. semua kisah ini hanya harapan palsu.. semua ini KOSONG..
Selesai,                                                                                        
Semoga kau menerima semilir angin berisi pesan rinduku setiap malam gelap dan sunyiku…

Selasa, 01 Januari 2013

Kosong I

2 komentar

Berakhir.. berakhir.. berakhir.. itulah yang terlintas dibenak ku, ya liburan telah berakhir, waktunya kembali kepada rutinitas harianku menjalankan hal yang mungkin sedikit menarik dan semakin menantang tapi akan dijalani dengan susah payah penuh dengan kemalasan, beban.. dan beban.. yah, tugas kuliah memang terasa menjadi beban yang sulit dihindari. Hari penantian pun dimulai, pengisian mata kuliah yang harus dilakukan telah pada waktunya, aku masih sedikit enggan untuk membukanya karna aku pikir ini akan sulit, membuka satu web yang dibuka oleh ratusan orang sekaligus, maka dari itu aku lebih memilih tidak peduli dengan itu. Hingga beberapa hari terlewatkan, akhirnya aku mulai mengisi dikarenakan yang lain mungkin telah selesai dengan ‘perang’ pemilihan mata kuliahnya. Setelah aku berhasil masuk, waaw.. semua kelas terisi penuh kecuali mata kuliah yang wajib aku ambil, tetap tersedia. Aku mulai berpikir, buat apa sisa SKS ini? Apa dibiarkan saja tak berdaya, tapi aku mencoba melihat kelas luar dengan harapan masih ada bangku yang tersisa, nyatanya tidak ada hanya ada yang tersisa tapi itu diatas masa kuliahku saat ini. Mungkin aku tidak mendapatkan kelas luar yang aku ingin kan tapi kelas luar yang aku pandang hanya pelengkap itu ternyata masih kosong, seharusnya menjadi kesempatanku yang baik, tapi bagaimana nantinya? Ah.. sudahlah aku memendam semua rasa negatif ku, aku mulai megklik kelas luar itu dan jadwal ku tidak bentrok akhirnya aku berhasil memanfaatkan sisa SKS. Singkat cerita, hari pertama masuk kuliah. Normal tidak ada yang istimewa. Hari kedua kuliah, sedikit asing karna wajah-wajah baru yang aku lihat dan… eh, apakah dia pernah aku lihat? Kenapa? Karna wajahnya tak asing tapi aku tak mengenalnya, hingga mataku sulit mengalihkan pandangan dari wajahnya, sering sekali mata ini melirik ke arahnya hingga beberapa detik, sampai-sampai dia sempat melihatku, heran. Oh.. sungguh tak puas rasanya tak puas, mata ini ingin melihatnya lagi !
Tiiiing… tiiiing… (anggap aja bunyi bel) telah menandakan waktunya bubar kelas, oh.. rasanya masih betah, masih ingin belajar. Sungguh ini rekor baru dalam hidup merasa betah didalam kelas, hingga akhirnyaa waktu-waktu berjalan dengan cepatnya, mata tetap selalu melirik wajahnya, pelajaran demi pelajaran aku lalui dengan lirikan-lirikan kearahnya, wajahnya tidak membuatku bosan, senyumnya tidak garing, mukanya imut, ooh… Tuhan apa ini semua, perasaan ku semakin tak karuan saja, khayalan ku melayang-layang jauh menembus angan tak terbatas, kesenangan demi kesenangan dalam khayalan aku lalui dengan sangat indahnya, sayangnya itu hanya… MIMPI… UTS… sebentar lagi UTS… hadduh, persiapan belum matang untuk matkul yang lain. Untuk matkul yang aku jalani dengannya itu sudah cukup, UTS dimulai, perang dengan rasa galau semalaman pun berakhir karna sebentar lagi akan menyalurkannya kedalam kertas putih suci. “Hei… you, are u ready?” Didalam pikiranku mencoba menyapanya melalui telepati hati dan ternyata tak ada jawaban sama sekali, hanya bisa menatap wajahnya yang lucu, dan itu sudah cukup sebagai jawaban “aku sangat siap menghadapi ini, terima kasih”, “dan mohon hubungi ponselku nanti malam”. Aah… tentu saja jawaban yang mustahil karna tak ada pertanyaan, apalagi jawaban yang kedua ini sangat mustahil jangankan nomer HP nomer sepatunya saja aku tak tahu, payah ! “Dodi Dores, apakah anda sudah selesai?”. Itulah teguran dari dosenku karna mataku mengarah ke wanita itu terus. Tentu aku telah selesai pikirku dan soal aku kerjakan hanya dalam waktu 10 menit, soal yang mudah karna aku belajar dan sedikit menggalau. “sudah, bu.”. aku bergegas mengumpulkan dan bersiap ujian lisan, dan apa yang terjadi ketika aku bangkit berdiri sekilas ku lihat matanya melihat kearahku terus, aku semakin percaya diri karna itu aku anggap sebagai dukungan moral yang membuat hati berbunga sedikit. Ketika dosen mulai mengujiku, ia tidak lantas mengerjakan UTS nya matanya tertuju padaku dengan tajamnya, bibirnya mengembang penuh senyum, mimic wajahnya membahagiakan buat ku. Oh… Tuhan tak kuat aku rasanya, semangat.. semangat.. ! ternyata senyumnya kearahku mecerdaskan otak ku, kedengarannya berlebihan tapi itulah yang ku rasa. Finish !