Terasa
berat meninggalkan ruangan, karna dia belum juga selesai, sepertinya ia
tersenyum bahagia ketika aku bisa mengerjakan dengan baik ujian lisan ku. Oh
betapa bahagianya aku sebagai pengagum rahasia dan diberi harapan. ‘Krreeebb..’
pintu tertutup, aku sempat melihat kearah wajahnya dan ia masih tersenyum
menyejukan. Aku berjalan gontai bagaimana ini jadinya, semoga minggu depan aku
bisa lebih bahagia lagi, pikirku. Dengan terpaksa aku tinggalkan karna aku
harus membagi ilmu, mengajar di daerah condet, Jakarta timur. Sepanjang jalan
aku terasa berjalan diatas awan, lancar dan terasa tidak ada siapa-siapa
dikanan kiriku, yah, ketika sampai di tanjung barat, sudah mulai
tersendat-sendat, macet bagi mobil yang lain tapi aku masih bisa nyelip sana
sini. Jam 09.00 malam, aku terkulai lemas didalam kamar, lelah pulang ngajar
dan dilanda macet yang dahsyat, maklum Jakarta ditambah lagi dengan guyuran
hujan yang membuat aku seperti kucing tersiram air, basah kuyup. Tentu saja
hidup ini sangat berat dan hidup ini memang seperti orang diperkosa, enak gak
enak, suka gak suka, nyaman gak nyaman, mau gak mau, sakit gak sakit, tetap
harus DINIKMATI. Mata terlelap sayu semakin sayu dan jrreeeng… tertidur pulas
dan bermimpi aku bersamanya dalam kebahagiaan yang sunyi… detik demi detik,
menit demi menit, jam demi jam, bahkan sampai minggu aku lalui dengan kehampaan
(lebay), tibalah waktunya dikelas yang sama, yang membuat hati bahagia.
Ternyata setelah melalui seminggu yang hampa dia tidak masuk, ooh my god!
Betapa hancurnya semangat ini. Yah, semakin hampa tiada terkira, ternyata aku
baru sadar bahwa kehadirannya sangat berharga, kedatangannya dari rumah
kekampus sangat bermakna, dan yasudahlah biarkan hampa ini mengalir apa adanya
semakin hampa dan menyiksa. Berhari-hari aku jalani dengan langkah sedikit
gontai walaupun baru kali ini aku merasa kekalahan dengan cinta yang terlalu
murni, sebelumnya aku tidak pernah merasa seperti ini, aku selalu cuek dengan
gadis-gadis yang aku suka, aku masih bisa menahannya dan bahkan pernah ada yang
sampai hati menembak ku, tapi aku tetap menahannya. Tapi kali ini berbeda, aku
bahkan tak sanggup untuk kehilangannya apalagi untuk sekedar menahannya walau
hanya sedikit saja. Ini sudah tidak sehat, ini terlalu buta, dan apakah aku
sudah mengidap penyakit yang namanya CINTA… ooh.. begitu cepatnya kau menancap,
hingga membuat urat sarap, tak sempat untuk bersilat, sampai-sampai aku khilaf
dan mencintaimu dalam gelap… yah, gelap dan kosong… hari yang ditunggu ternyata
telah tiba yaitu hari dimana kita berada dalam satu ruangan yang sama lagi,
tapi aku tergoda dengan adanya seminar yang akan berlangsung dijam yang sama
dan memang ada beberapa tugas yang mulai ‘nyolot’ minta dikerjakan, akhirnya
aku memutuskan untuk tidak masuk karena aku merasa ada beberapa jatah bolos ku
yang belum aku ambil, fix.. aku tidak masuk kelas hari itu. Dan ternyata
kehampaan dua minggu lalu belum terobati, ditambah lagi dengan minggu ini aku
yang memilih bolos, sebenarnya bukan karena aku belum memanfaatkan jatah bolos,
dalam hati yang lain aku berpikir, biar saja aku tidak masuk agar dia tahu
betapa hampanya ketika ditinggal dalam kelas sendirian, walaupun ada yang lain
tapi aku anggap kelas itu hanya ada kami berdua. Tepat jam 01.00 siang, waktunya
seminar tapi seakan tubuh ku terpaku didalam ruangan tempat bekerja sampingan
ku, aku malas untuk keluar ruangan. Akhirnya seminar tidak ikut, kelas tidak
ikut, tugas pun masih melotot kearah ku. Aah… dari tadi aku hanya online membaca berita dan hiburan yang
lain. Tibalah saatnya UAS dan dipenghujung semester ini, aku mulai meradang
karna sebentar lagi aku akan kehilangan dirinya. Suatu hari, aku sedang
berjalan dengan teman ku menuju gedung Sembilan dan adari kejauhan aku melihat
dirinya berjalan dari arah yang berlawanan, waaah.. kesempatan ku untuk menyapa
dirinya oh, baru kali ini aku melihat seluruh tubuhnya dari kaki hingga rambut,
indah mungkin karna mata ku telah buta. Teman ku mengoceh disebelah ku tapi
mata dan kuping ku tajam kearah depan sehingga aku tak mendengar apa yang
diucapkan teman ku, hati ku mulai bulat untuk menyapa dirinya tapi ketika jarak
kita sudah sekita dua meter aku seakan terbungkam kaku dan bisu, oh Tuhan apa
yang terjadi aku ini bisu hingga berkata saja susah. Dia tersenyum kearah ku,
tentu saja aku balas dengan senyuman termanis ku, semoga ketika dia pulang
tidak kerumah sakit dulu untuk cek gula darah { J
}. Hati ku sangat lega mendapat senyumnya, sepertinya malah aku yang terkena
diabetes karna kadar gula ku mendadak tinggi telah mengkonsumsi senyuman
manisnya. Ketika ia berlalu, suara teman ku terdengar sayup-sayup mengoceh
entah apa yang ia utarakan dari tadi aku hanya mengangguk. Uas pun tiba, dengan
perasaan berduka dan berbunga karna bisa bertemu dan berpisah sesaat lagi. Aku
memilih tempat kedua terdepan, dirinya dibelakang kananku hanya selang satu
bangku, ternyata ujian lisan duluan akhirnya kita keluar dan apa yang terjadi
dia melihat kuterus, betapa semakin GR nya diri ini, yah, aku tidak boleh
meledak disaat sedang genting uas seperti ini aku harus tetap tenang dan focus.
Lisan selesai aku jalani, semua masuk ujian tulis, lagi-lagi matanya
bertabrakan dengan mataku semakin mengeratkan kontak batin ku padanya. Seperti
biasa aku selesai lebih dulu, tapi aku tidak langsung beranjak keluar aku
terdiam dulu hingga mata ini tak kuasa menahan agar mataku tidak kearahnya
terus, akhirnya aku tak kuat didalam, aku pun mengeumpulakan dan bergegas
keluar kelas, ketika pintu ditutup aku menyeringai kearahnya. Aku memutuskan
untuk menunggu di depan pintu sambil memainkan hand phone hingga mahasiswa
terakhir keluar dan barulah dirinya muncul, ia tak bergegas pulang seakan
memancing ku untuk segera mengutarakan apa yang kita kandung bersama dalam otak
kita (berharap otak kita memiliki rasa dan kandungan yang sama -__- ) temannya
pulang duluan dan aku pun masih melihat kearahnya terus ia pun menimpali, dan
pada akhirnya ia duduk di kursi yang kelasnya telah kosong aku diluar kelas
yang kulihat darinya hanya kakinya. Entah apa yang ia pikirkan aku tak
mengerti, aku yang sedang memiliki tugas kepanitiaan, sudah ada janji jika
selesai kelas akan langsung kesana, tapi disini aku masih betah karna ada
dirinya ‘kriiing… krriiing..’, ‘satu pesan diterima’ kubuka dan isinya “dimana
lo? Cepetan ke ruangan, banyak kerjaan”. ‘keluar dan klik ku kunci’ aku
langsung bergegas turun tak enak dengan yang lain, sesama staf harus disiplin,
aku meninggalkan dirinya, yang mungkin telah berharap kepadaku, aku pun begitu,
tapi harapan hanya harapan tak bisa terealisasikan.. semua kisah ini hanya
harapan palsu.. semua ini KOSONG..
Selesai,
Semoga kau menerima semilir angin
berisi pesan rinduku setiap malam gelap dan sunyiku…
2 komentar:
huhuhuhuwahahahahhaa (y) ayo dong doood ceritaaaaaaaa haha :p
eh, btw gw mau kasih kritik dan saran.
EYD nya diperhatikan dong mas. pake paragraf gtu, biar enk bacanya.. hahha
ahahahaa.... :p iya siih itu gue nulis masih acak adut, dilaptop gue sih pake paragraf tapi pas w masukin blog w datarin aja dah.. haha.. :D tapi ceritanya gimana ? deskripsinya dapet kan ?
gaya bahasa gue gimana ?
Posting Komentar