Sabtu, 04 Februari 2012

Kemelut Di Hati

0 komentar
Sungguh aku tak menyadari betapa rasa ini mulai membebani..
Aku tak percaya jika memang ini terjadi terlalu dalam menimpaku.
Aku yakin ini hanya mimpi dan khayalan buruk ku saja.
Jika memang ini yang aku lakukan dengan sengaja.
Mungkin aku memang berhak menerimanya.
Kenapa harus ada aku diantara kebahagian kalian.
Aku tak kuat bahkan menahan ini semua dengan penyangga apapun.
Aku merasa bersalah dan tak ingin mengulanginya lagi.
Engkau memang tak layak lagi denganku.
Aku memang tak baik untuk mu.
Kebahagianmu itu membuatku sakit.
Hati ini tak pernah berubah dengan keadaan yang terus seperti ini
Membuatku semakin merasakan malu yang teramat dalam.
Ini semua salah hujan, yang menumbuhkan biji kebahagian.
Tapi lebih sakit lagi ketika tidak mendapat sinar matahari.
Sejatinya, keduanya harus saling melengkapi.
Tapi tidak untuk biji baru ku yang malang.
Ia disiram dan ditinggal begitu saja.
Tanpa ada yang mau merawatnya.
Bahkan ditengokpun tidak.
Apalagi belalang cecunguk disekitar, ikut menjadi hama.
Semakin tak karuan bentuk sang biji pohon malang.
Diterpa angin semakin tak kelihatan.
Sekarang ia sendirian, ditinggalkan dengan kebosanan.
Merasa tidak dilibatkan, akhirnya mundur ke jalan yang benar.
Biji itu akan terus sendiri, terkurung dalam sepi, hingga akhirnya mati.
Kecuali, ada matahari yang sudi menyinari wajahnya yang layu.
Tak ada lagi gairah untuk mengembangkan daunnya.
Jika matahari itu mampu untuk membangkitkannya.
Dia lah benar-benar matahari yang biji pohon itu cari.
Selama ini…
Hingga akhirnya mereka mati.
Dan menggantungkan harapan barunya
Di dalam biji baru yang mereka ciptakan.
Itu cita-cita sang biji pohon layu.
Sungguh malang nasib mu.